A lone journey to neverland

It's just a long journey of being without anyone, but none other only with myself.

Sunday, July 13, 2008

The song of death (2)

Pernah kau bilang padaku: Tahukah kau bahwa semua curahan hatimu bagaikan sebuah buku dengan sampul hitam belaka, dengan hanya putih tali gantungan menjadi gambarnya?

Tak pernah kubilang bahwa sejak lama kuikuti Yukio Mishima dengan semua pikiran gelapnya tentang sebuah negara yang maha adijaya, atau Sylvia Plath yang tak pernah merasa damai dengan hubungan cinta dan keberadaan dirinya, atau mungkin ”sekedar” seorang Wongso yang resah ketika anak semata wayangnya dihamili bosnya.

Tak pernah kubilang bahwa kematian adalah seperti teras depan rumah kita, yang kita rancang begitu sempurna untuk membuat orang mau masuk ke dalam naungan kita; ia tak ubahnya cahaya di ujung lorong gelap, yang membuat para pengembara bersuka-cita akan sebuah perjalanan baru yang bisa dilewatinya; atau bunga-bunga dan kain beraneka warna dalam upacara pembakaran raga di sebuah pulau yang dianggap tempat para dewata yang justru tak sempat membuat jiwa merasa merana ditinggalkan yang tercinta?

Bahkan kalau kau ingin agar sampul itu tetap demikian adanya, mungkin kau tak pernah tahu bahwa itulah gambaran lain jiwaku yang sesungguhnya, yang kutahu kau tak pernah ingin coba bertanya-tanya: bahwa di dunia ini hanya ada hitam dan putih belaka.

*remembering Kimitake Hiraoka and his seppuku and jisei, and for all his dark and troubling but inspiring works until the end of his meticolously planned death.*
**inspired by a short story in today’s
Kompas daily**